Jaman
yang paling tua dalam sejarah Mbojo Bima disebut jaman Naka.adalam ilmu
sejarah, jaman itu dinamakan jaman sebelum sejarah atau jaman pra sejarah.
Menurut ahli
sejarah, kebudayaan masyarakat yang hidup pada jaman naka masih sangat
sederhana. Mereka beum mengena ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti kita
sekarang. Masyarakat belum megena pertanian, pertenakan, atau perindustrian
serta perniagaan dan pelayaran.
Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat mengumpulkan kekayaan alam yang ada
di sekitarnya. Mereka mencari danmengumpulkan umbi-umbian, biji-bijian dan
buah-buahan. Selain itu mereka gemar pula berburu. Karena mereka megumpulkan
hasil alam maka dinamakan masyarakat pengumpul (food gathering)
Mereka
tidak tinggal menetap pada satu tempat tertentu . Melainkan selalu berpindah-pindah.
Karena itu mereka disebut masyarakat pegembara (nomaden). Kampung, desa dan
kota yang seperti kita kenal sekarang pada masa itu belum pernah, apalagi rumah
mewah dan bertingkat seperti jaman sekarang.
Pasti di antara
kita yang bertanya keheranan. Kalau begitu leluhur kita tinggal dimana ?
leluhur kita tinggal di gua-gua, di atas batu-batu besar yang dilidungi oleh
pohon-pohon yang rimbun dan rindang .
Mungkin
ada pula yang menyangka bahwah masyarakat Mbojo Bima sangat bodoh dan
terbeakang dibandingkan dengan masyarakat di daerah lain. Sangkaan ini keliru. Karena
bukan hanya masyarakt Mbojo Bima yang keadaannya seperti itu. tetapi masyarakat
di daerah lain yang hidup pada jaman naka (pra sejarah) , sama keadaannya
dengan masyarakat Mbojo Bima . mereka masih mundur karena belum memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi. Harus diingan dan diketahui oleh generasi muda,
bahwa maju mundur kehidupan masyarakat atau bangsa ikut ditentukan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh
sebab itu generasi muda harus rajin menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi,
agar dapat meraih kemajuan.
Mungkin ada
pula yang bertanya, apakah masyarakat yang hidup pada jaman naka belum mengenal
agama atau kepercayaan seperti masyarakat jaman sekarang ?
Masyarakat pada
masa itu sudah mengenal agama atau kepercayaan. Walau harus diakui, bahwa agama
atau kpercayaan mereka tidak sama seperti yang kita anut. Leluhur kita pada
jaman naka menganut kepercayan yang disebut Makamba Makimbi, yang dalam ilmu
sejarah disebut kepercayaan animisme dan diamisme.
Menurut
keyakinan mereka, alam beserta isinya diciptakan oleh yang maha kuasa, yang
disebut Marafu atau tuhan. Marafu itu bersemayam di mata air, di pohon-pohon
besar atau di batu-batu besar. Tempat bersemayam Marafu disebut parafu ro
pamboro.
Pada saat-saat
tertentu, mereka melakukan upacara pemujaan kepada Makamba Makimbi, di parafu
ro pamboro. Upacara itu disebut “toho dore”. Dalam upacara itu dibacakan
mantera atau doa serta persembahan, berupa sesajen dan penyembelian hewan. Upacara
dipimpin oleh seseorang pemimpin yang disebut naka.
Selain menyembah
Marafu, mereka juga sangat menghormati arwah leluhur terutama arwah naka.
Naka
bukan hanya pemimpin agama, tetapi juga merupakan pemimpin dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga naka sangat disegani dan dihormati .
Masyarakat
yang hidup pada jaman naka, sangat menjunjung tinggi asas mbolo ro dampa
(musyawarah) dan karawi kaboju (gotong-royong ). Segalah sesuatu selalu dimusyawarakan.
Sebagai pemimpin, naka tidak boleh berbuat sesuka hati. Ia harus berlaku adil
dan bijaksana.
Demikian
leluhur kita pada masa naka . walau kehidupan masih sangat sederhana, namun
mereka selalu menjunjung tinggi asas musyawara dan gotong-royong
No comments:
Post a Comment